Bahtiar Manadjeng Jalin Kemitraan Budidaya Jagung di Donggala

Ket: Bupati Kasman Lassa, Ketua Kadin Rahmad M. Arsyad, Bahtiar Manadjeng, dan Gozali Gunawan teken PKS di gedung Kasiromu kantor Bupati Donggala, Selasa (25/1/2022). FOTO DOK. KADIN DONGGALA

DONGGALA, wartainfo.id Sulawesi Tengah (Sulteng) sebagai provinsi yang dulunya dikenal sebagai salah satu produsen kakao terbesar di Indonesia, namun seiring waktu kejayaan kakao Bumi Tadulako ini semakin meredup dengan semakin menurunnya produktivitas salah satu komoditi perkebunan unggulan Indonesia ini.

Menurut Regional Sales Manager PT. Syngenta Seed Indonesia Wilayah Sulawesi – Kalimantan, Bahtiar Manadjeng, pendapatan petani kakao semakin menurun. Hal itu disebabkan menurunnya hasil panen tiap tahunnya, saat ini rata – rata produktivitas kakao kisaran 900 kilogram satu hektar area setiap tahun.

Jika harga kakao kering di level petani Rp 30.000 perkilogram, maka petani hanya menghasilkan Rp 27 juta perhektar dalam satu tahun atau gross.

Bacaan Lainnya
BACA JUGA :  Sinar Laut FC Juara di Liga Ramadan Donggala 2022

“Ini tentu tidak menguntungkan secara bisnis,” ungkap Bahtiar saat pemaparan di gedung Kasiromu kantor Bupati Donggala, Selasa (25/1/2022).

Mantan Ketua BEM Fapertahut Unhas Makassar 2000 – 2001 ini menjelaskan, jika luas lahan kepemilikan rata—rata 1 hektar dengan jumlah anggota keluarga 4 sampai 5 orang per Kepala Keluarga (KK), maka penghasilan mereka di bawah Rp 460.000 satu orang setiap bulan. Kata dia, ini kategori masyarakat miskin.

Berdasarkan data yang dihimpun Bahtiar Manadjeng, kondisi ini juga terjadi di Kabupaten Donggala. Selama ini Donggala merupakan kabupaten yang memiliki luas lahan kakao terbesar di Sulteng, dengan luas mencapai 42.407 ha dari total luas kahan kakao Sulteng 285.788 ha. Data tersebut ungkapndia, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020.